Senin, 21 Maret 2016

Embah Aku Rindu

Ada yang hilang ketika engkau pergi... sebuah pelukan hangat,
sebuah sentuhan lembut di kepalaku, dan ribuan dongeng anak-anak semasa kecil dulu... Tentang Kancil yang cerdik, tentang siput yang penyabar, tentang keong mas, bawang putih dan bawang merah yang pantang menyerah dan tekun, hingga mereka bahagia pada akhirnya.

Suatu ketika, engkau bertanya padaku dari bilik kecilmu seusai bersubuh,
" Iroh, kalau sudah besar nanti, akankah Iroh ingat padaku? "

" Tentu, tentu saja pasti akan ingat, bahkan akan kusisihkan sebagian uangku untukmu, seperti yang engkau lakukan padaku saat ini "



Lalu senyumnya yang khas dibalik keriput itu, seketika mengembang bersama pelukan hangat merah saga sang surya yang merangkul langit di kala senja.

Lagi, suatu saat engkau berkata padaku lagi, saat itu aku baru berobat dan tidak boleh makan makanan apapun yang digoreng

" Jangan menangis cah ayu, nanti ayunya hilang lho! "

" sebal! Makan ini tidak boleh, makan itu juga tidak boleh! "

Lalu tanpa kata engkau berlalu. Kesal, pikirku saat itu. Namun setengah jam kemudian engkau membawa sepiring oseng tempe spesial kesukaanku, dengan senyum engkau berkata, " tenang saja, ini tidak digoreng, jadi Iroh bisa makan sepuasnya "

Embah, kini aku telah dewasa, aku ingin sekali memberikan beberapa rupiah dari hasilku untukmu tersayang, terkadang... Aku juga ingin menyuguhkan oseng tempe spesial buatanku untuk embah sambil berkata, embah, aku bisa membuat oseng tempe dengan rasa yang sama seperti yang embah buat semasa kecil dulu.

Aku rindu, aku ingin dipeluk, aku ingin disayang, didogengkan, ingin sekali di-ninabobokkan dengan sentuhan lembut di kepalaku.

Tapi bahkan fotomu pun, aku tidak punya, hanya doa-doa pendek yang kupunya yang tentunya tidak akan mampu mengganti masa- masa indah yang selalu engkau suguhkan padaku dulu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar