Minggu, 01 Mei 2016

Review film Ada Apa dengan Cinta 2


Di 1 jam 52 menit itu aku sedikit terbawa.
"Masa lalu" masa yang selalu indah untuk dikenang, bukan karena ia takkan pernah kembali, melainkan karena akan selalu terukir senyum di hati ketika kita memulai membukanya. Meski aku tahu, tak selalu kenangan itu manis, tapi tetap saja... hati dan otak kita itu lebih pintar! Jadi, hanya kenangan indah saja yang akan tertinggal, sementara yang sedih akan hilang begitu saja terbawa angin senja.

Entahlah, bagaimana menurut pendapat kalian. Karena aku tahu, pendapat setiap orang itu kadang berbeda.
Tapi bagiku... maksudku, dari kacamata sastra-ku yang tentunya sedikit sentimental, aku mengatakan film ini cukup pintar membuka kenangan.
Satu hari yang terlewati bersama mantan dan menumbuhkan benih-benih itu kembali. 


Bagaimana bisa?
Kalau ada yang bertanya begitu, aku akan balik bertanya padanya...
Hey, kenapa tidak bisa? Berapa lama sebelumnya kau mencintainya? Tuluskah cinta itu? Sudahkah kau melepaskannya dengan ikhlas saat ia pergi?

Tak perlu dijawab semua pertanyaan itu dengan lantang, cukup di hati saja.
Saat kau sudah mengerti, maka kau juga akan mengerti mengapa Cinta dan Rangga kembali hanyut dalam perasaan mereka masing-masing.

Jangan lupakan tentang background film ini yaitu Rangga yang adalah pecinta seni khususnya Sastra. Aku sependapat dengan film ini, jika bersama dengan seniman, duniamu tidak akan pernah membosankan! Selalu ada ilmu dan wawasan baru, tantangan baru, rasanya sedikit demi sedikit cakrawala dunia bisa terbuka olehnya. 

 

Menyenangkan sekali pasti jika suatu saat aku juga hidup dengan seseorang yang satu kubu denganku, sama-sama pecinta seni sastra, ia yang tidak menganggap tumpukan puisi novel Kahlil Gibran membosankan, ia akan sangat respect dengan perjalanan si tua Santiago "The Old Man and the Sea" di tengah laut melawan ikan marlin raksasa selama 84 hari. Ia juga penyuka karya klasik Buya Hamka, penggemar puisi-puisi Taufik Ismail dan Chairil Anwar, Supernova dan Perahu Kertas nya Dewi "Dee" Lestari akan dilahab habis di penghujung malam sebelum tidurnya. Lalu, hal pertama yang ia lakukan di awal bulan adalah mengajakku ke toko buku, bahkan ia selalu punya referensi tentang sastra mana yang bagus dan harus kubaca, pergi bersama untuk berpetualang, ia yang lebih suka travelling dari pada liburan. Hmmmm...rasanya tidak ada matinya hidup ini, sejauh mata memandang, sedalam hati merasa, dan setajam lidah berkata, hanya syukur yang semakin menggema di jiwa.

Film garapan Riri Riza dan diproduseri oleh Mira Lesmana ini juga tahu sekali bagaimana memilih ending yang diinginkan pemirsanya. Yups, happy ending dengan penyatuan Cinta - Rangga di New York. Setting negeri seberang yang pastinya lebih menarik daripada negeri sendiri.

Kalau kalian sadar, bukan hanya film Indonesia yang sedang booming dengan setting ke-LN-LN nan, namun novel juga akan habis dilahab begitu ber-setting LN ( luar negeri ). 😊
Tidak dipungkiri memang kalau LN selalu menjadi "first impression" bagi peminat seni, tapi jangan lupa...negeri kita juga tak kalah menariknya, Jogjakarta-keratonnya, Bali-budayanya, Lombok-alamnya, Raja Ampat-pesona lautnya, atau Palembang-jembatan Amperanya, Pekalongan-batiknya. Sebelum membuat cerita ber-setting LN, cobalah kenalkan dulu Indonesia-mu pada dunia.

Back to that movie, "Ada Apa dengan Cinta 2"
Bagian yang kukira terlalu simple adalah, pemainnya yang hanya bisa dihitung dengan jari, dan cerita yang endingnya bisa ditebak. Tapi..... disini aku juga yakin, seandainya akhir cerita adalah sad ending, pasti pemirsa akan lebih galau lagi. "Jiahhhh ditunggu bertahun-tahun sequel keduanya koq begini saja?" Komentar sinis lain "hah, bete bete bete.
.terus curhat deh di sosmed. 😊. Dan pastinya, review di blog-ku tentang film ini akan jauh berbeda pula. Benar kan? 

Sebelum menutup review film ini, ada satu pesan dariku... tidak mudah memang untuk menilai kerja keras orang lain, karena penilaian objektif orang adalah hasil bukan proses. Karenanya, cobalah hargai dan katakan pada temanmu,"tonton dulu film-nya, baru kita padukan dua pendapat kita."









Tidak ada komentar:

Posting Komentar