Kamis, 16 Juni 2016

Jakarta Marathon 2013 versi supir angkot

Sumber gambar : www.tribunnews.com

Semua koin terkumpul di situ, 100, 200, 500, 1000.
Tak ketinggalan recehan kertas, 1000, 2000, 5000, 10000, keadaan utuh bisa dihitung dengan jari, lainnya ada coretan, tambalan isolatif dari bening, cokelat, sampai hitam, sobek di pinggir, kumal, kalau diibaratkan ini seperti persatuan uang miskin sedunia.
Sumpah-serapah seringkali muncul, tak segan-segannya nama hewan disebutkannya. Berkali kulihat pemandangan ini. Ngengatnya mentari yang berkepanjangan, kemacetan di sepanjang perjalanan blok M sampai makam pahlawan kalibata, dan penumpang yang bejubel tentu membuat emosinya semakin naik, jarak yang mestinya ditempuh setengah jam berubah menjadi dua jam, tak heran suara sumpah-serapahnya semakin kencang saja di telinga. 


"Pemerintah dari dulu tidak pernah membela rakyat kecil, marathon ya marathon tapi jangan di blokade semua jalannya dong! Ini lagi, kenapa gua nggak boleh lewat-lewat, dari tadi mobil sedan terus yang didahulukan, huw, dasar manusia bayaran!" 

Serunya pada petugas parkir yang sedari tadi memang kulihat mendahulukan mobil pribadi daripada angkutan umum di sebuah pertigaan jalan.

Akhirnya kami berempat pun turun, setelah peluh dan keringat mengucur deras di dua jam tadi.

"Hai, kenapa bengong? Ayo jalan!" 


"Nggak apa-apa, hanya sedang mencoba memahami jalan pikiran supir angkot."



Tidak ada komentar:

Posting Komentar